Bagi mahasiswa, lampu kamar yang menyala hingga larut malam bahkan menjelang pagi bukanlah suatu hal yang asing. Pada fase kehidupan ini begadang telah menjadi bagian dari kebiasaan yang sulit untuk dilepas. Deadline tugas, kerja kelompok, dan project based learning yang menumpuk memaksa mahasiswa untuk mengorbankan waktu tidur. Apakah kebiasaan ini murni dikarenakan kurangnya manajemen waktu atau sebenarnya ada siklus yang memang dijaga dengan sengaja? Kemudian bagaimana kebiasaan begadang ini mempengaruhi kesehatan dan masa depan mahasiswa?
Faktor penyebab mahasiswa seringkali begadang karena kurangnya keterampilan pengelolaan waktu, seperti kebiasaan menunda mengerjakan tugas hingga menjelang tenggat. Faktor akademik juga turut menyumbang tekanan bagi mahasiswa. Untuk mengejar persentase nilai tugas yang besar, ekspektasi nilai tinggi, serta jadwal kuliah yang padat membuat mahasiswa mengorbankan waktu istirahat di malam hari. Kebiasaan berselancar di media sosial, game, dan hiburan daring lain juga turut menyita waktu dan memperpendek jam istirahat. Hal tersebut menimbulkan dampak yang cukup serius, yaitu menurunnya konsentrasi, muncul sakit kepala, dan gangguan kecemasan.
Lingkungan kampus pun terkadang kurang mendukung suasana belajar yang nyaman bagi mahasiswa. Dosen seringkali memberikan tenggat waktu penyelesaian tugas yang berdekatan, kurangnya study space di dekat kampus, rendahnya kualitas jaringan wifi, serta kurangnya bimbingan manajemen waktu. Siklus ini menciptakan konflik internal, mahasiswa mengetahui pentingnya waktu tidur tapi terpaksa begadang. Pertanyannya, apakah ini murni kesalahan individu atau ada faktor sistemik yang berkontribusi?
Memutus siklus begadang pada mahasiswa memerlukan kesadaran individu dan dukungan lingkungan, terutama sistem. Banyak mahasiswa menganggap begadang sebagai suatu rutinitas “wajib” yang diwariskan oleh kakak tingkat dan dibentuk oleh tuntutan dosen. Jarang terdengar cerita kebanggaan atas keberhasilan mengerjakan tugas tanpa begadang, justru yang sering dibanggakan ialah tidur menjelang pagi dengan pengerjaan tugas terburu-buru tanpa perencanaan dan hasil kurang berkualitas. Untuk memutus siklus ini diperlukan pengorbanan dengan membatasi kegiatan sosial yang tidak bermanfaat, seperti mengurangi porsi bermain game dan penggunaan media sosial.
Mahasiswa dapat mulai memanajemen waktu yang lebih baik dengan membuat jadwal harian, menentukan skala prioritas tugas, dan menerapkan teknik manajemen waktu agar fokus. Dari sisi akademik, kampus dapat berperan dengan menyeimbangkan beban tugas, memberikan tenggat yang lebih terkoordinasi, dan mengadakan edukasi tentang cara manajemen waktu. Dosen juga dapat mendorong diskusi tentang keseimbangan prestasi akademik dan kesehatan fisik maupun mental. Mahasiswa juga perlu menyadari bahwa istirahat yang cukup adalah investasi untuk kehidupan yang lebih produktif. Dengan langkah kecil dan dukungan sistem, siklus begadang dapat diputus sehingga peluang untuk hidup sehat semakin besar.
Siklus begadang bukan hanya kebiasaan tapi masalah kompleks yang berasal dari manajemen waktu yang salah dan tekanan akademik. Solusinya dengan perencanaan waktu yang baik, manajemen sistem akademik yang baik, dan kesadaran akan pentingnya istirahat yang cukup. Mahasiswa memiliki hak untuk berprestasi tanpa mengorbankan kesehatan. Mari kita putus siklus begadang ini dengan jadwal tidur teratur dan mengerjakan tugas jauh hari sebelum deadline.
Penulis : Ahmad Sabiq F
Editor: Naila