NONTON BARENG : Tayyip Malik sedang Membacakan Sinopsis Film "Jihad Selfie" |
Selain Yayasan Prasasti Perdamaian, pihak yang juga terlibat dalam event ini adalah Rumah Pancasila, Polres Kota Magelang, dan Radar Kedu Jawa Pos Semarang.
“Latar belakang diselenggarakannya acara tersebut atas dasar sikap radikal yang sudah tercemar pada beberapa mahasiswa khususnya mahasiswa UNTIDAR,” ujar Anisah, selaku ketua panitia BFBK.
Jihad Selfie menjadi film pilihan panitia dikarenakan film tersebut dianggap paling sesuai dengan masalah yang akan dibahas yakni mengenai paham radikal. Dalam film “Jihad Selfie” menceritakan mengenai remaja Aceh penerima beasiswa di Turki yang ternyata bergabung dalam kelompok ISIS di Suriah. Akbar bergabung dalam kelompok tersebut melalui melalui media sosial.
Setelah nonton bareng film Jihad Selfie, diadakan agenda diskusi bersama Yosep Parera, pendiri Rumah Pancasila dan Klinik Hukum, Machmudi Hariono, mantan narapidana terorisme, serta Tayyip Malik dari Periset Yayasan Prasasti Perdamaian.
“Acara bukan hanya sekedar acara yang dikemas kemudian selesai. Nah, bukan seperti itu, tapi memberikan edukasi, penyuluhan, serta memberikan suatu materi baru. Sehingga dapat menunjang pola pikir orang yang hadir di dalam acara tersebut demi membentuk Indonesia yang lebih baik. Jadi, acara ini itu penting,” ujar Yosep Parera terkait pentingnya acara seperti BFBK.
Anisah menyatakan bahwa melalui event BFBK serta nonton bareng Film “Jihad Selfie” diharapkan dapat mensosialisasikan radikalisme, serta mencegah sifat radikalisme pada mahasiswa UNTIDAR.
Selain Anisah, Yosep Parera pun mengharapkan bahwa setelah diadakannya acara ini, mahasiswa atau pun UKM LPM MATA mampu memberikan hasil yang nyata, misalnya melalui pemberitaannya yang mampu memberikan wacana berpikir baru yang bermanfaat bagi masyarakat. “Acara bukan dilihat dari kuantitas, melainkan dari kualitas acara tersebut. Acara ini harus ada hasilnya dalam wujud apapun,” tutur Yosep.
“Ke depannya, acara ini harus ada dalam tujuan atau rencana kerja LPM MATA dan menjadi program kerja dalam setahun. Supaya mampu mendukung kerja LPM MATA. Selain itu, supaya menjadi lembaga pers mahasiswa yang dapat memberikan suri tauladan bagi LPM manapun dan masyarakat. Jadi berani tampil berbeda untuk pers yang lebih baik,” tutup Yosep.(IN)