Tampil
Ciamik: Salah satu penampilan ciamik dari mahasiswa PBSI
semester 5, yaitu kelas 5B (Credit
photo: JMB Creative)
UNTIDAR
- Mahasiswa semester lima Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(PBSI) Universitas Tidar berhasil menyuguhkan pentas bertajuk Senandung Bahana
Nusantara yang ciamik, Selasa (15/1). Pentas yang digelar di Auditorium
Universitas Tidar ini dimulai sejak pukul 09.30 WIB. Selain untuk melengkapi tugas
akhir mata kuliah Ilmu Perbandingan Bahasa Nusantara (IPBN), acara ini
bertujuan untuk menghibur dan memperkenalkan bahasa di nusantara melalui lagu
daerah serta mengapresiasi lagu tersebut dengan pementasan.
Para
dosen dan mahasiswa UNTIDAR serta sejumlah tamu dari Filipina dan Jepang turut
menghadiri pergelaran seni tersebut.
Pentas
ini digelar dalam bentuk paduan suara dengan koreografi tarian yang
menggabungkan beberapa gerakan tradisional nusantara dan tarian modern dalam
setiap gerakan serta memperlihatkan keindahan musik jimbe, rebana, cajon,
keyboard, gitar dalam memainkan lagu-lagu nusantara.
Selain
bernyanyi, mahasiswa PBSI telah menganalisis bahasa dalam lagu tersebut. Hal
itu dituturkan dosen mata kuliah IPBN, Dr. Yulia Esti Katrini, M.S. bahwa
sebelumnya, mereka harus mengumpulkan paper yang di dalamnya
menganalisis sistem fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa daerah yang
mereka pilih. Kemudian, bahasa dibandingkan untuk menentukan hubungan
kekerabatan dengan bahan kosakata bahasa dan lirik lagu yang mereka pilih.
Mengawali
rangkaian pentas, para mahasiswa menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R.
Supratman dilanjutkan Magelang Kota Harapan milik Sukimin Adiwiratmoko untuk
menyambut para penonton.
Semester
5 PBSI dengan total 120 mahasiswa terdiri dari 3 kelas, sehingga ada 3 kelompok
yang masing-masing menampilkan dua lagu daerah dari wilayah yang berbeda. Kelas
A menyanyikan Yamko Rambe Yamko dari Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari
Kalimantan Selatan. Kemudian kelas C menyanyikan Nasonang dari Batak dan
Cangget Agung dari Lampung. Dilanjutkan kelas B yang menyanyikan Aceh Lon
Sayang dari Nangroe Aceh Darussalam dan Sungai Kapuas dari Kalimantan Barat.
Penampilan
dengan durasi hampir dua jam itu berhasil memukau penonton. Azizah Wahyu, salah
satu penonton yang merupakan mahasiswi semester 5 PBI UNTIDAR mengaku terpukau
oleh penampilan yang menyanyikan sejumlah lagu tradisional nusantara tersebut.
"Saat
nonton, saya melongo. Berasa nonton Grandio Sonora Tidar (GST) versi 2. Ternyata
bukan anak paduan suara (padus) juga bisa nyanyi format padus," ungkapnya.
Suasana
hening namun penuh ekspresi kekaguman juga ditunjukkan para penonton ketika
nyanyian dengan dinamika dan harmonisasi yang ciamik serta koreografi menawan
disuguhkan secara kompak dari tempo dan teknik gerak. Konsep pentas yang
dikemas dengan gerakan yang juga energik memberikan warna baru dalam multigerak
yang mereka tampilkan. Dengan balutan kostum daerah yang serasi dan indah
semakin menambah keagungan tampilan paduan suara.
Acara
yang gratis dinikmati untuk umum ini tidak hanya menyajikan tarian dan
nyanyian, para penonton juga disuguhkan snack.
Lagu
penutup yang disajikan para mahasiswa dalam pementasan tersebut adalah Suwe Ora
Jamu dari Jawa Tengah dan Zamrud Khatulistiwa yang dipopulerkan oleh Chrisye.
Tak hanya itu, di akhir acara, penonton diajak terlibat dalam flash mob
Poco-Poco dari Maluku. Hal itu membuat penonton bergembira dan antusias
berjoget bersama meramaikan suasana.
"Seru,
apalagi saat Poco-Poco, semua penonton termasuk dosen terlibat," ujar
Azizah.
Ahmad
Maulana Ghufar selaku ketua panitia menuturkan, dirinya bangga dan sangat
berterima kasih atas sambutan positif para penonton. Ia mengaku bahwa persiapan
yang dilakukan terbilang cukup singkat dalam menunjukkan keindahan lagu-lagu
bahasa nusantara dengan koreografi yang dibuat.
"Semoga
pementasan IPBN selanjutnya bisa lebih bervariasi dan inovatif, serta dibarengi
dengan persiapan yang jauh lebih matang, karena persiapan yang matang akan
menjadikan pementasan yg lebih baik," pungkasnya. (RMN/MILS/SPU)