M
engarungi kehidupan tanpa pelita adalah suatu bentuk kegelapan dunia. Siapa sangka Tuhan telah berkehendak lain terhadap takdir kehidupan Novita. Liku dan derasnya arus mau tak mau harus ditempuh olehnya. Derita adalah suatu amanah yang tak sembarang orang bisa memikulnya. Seperti kehidupan anak panti ini. Novita adalah salah satu anak asuh di Panti Maryam Binti Imron. Saat ini ia duduk di bangku kelas 3 SMP. Dalam sesi curhat anak panti, Novita berkata bahwa dirinya sering merasa minder dengan teman-temannya karena sejak lahir ia tidak dapat mengetahui siapa orang tuanya dan seperti apa mereka. Berbeda dengan kehidupan teman-temannya yang terlihat penuh kebahagiaan. Ditemani kedua orangtua yang melengkapi setiap lubang kekurangan pada anak-anaknya.
Sumber: Mata Photos
Setiap hari Novita bangun tidur pukul 03.30 WIB. Ia tak lupa membersihkan panti dilanjutkan dengan mencuci pakaiannya dan pakaian adik-adik panti. Sebelum berangkat sekolah ia dan teman-teman lainnya harus masak terlebih dahulu untuk sarapan. Sebagai kakak yang tua ia harus memandu dan melayani adik-adik panti yang masih kecil. Setelah semua urusan di panti selesai ia bergegas untuk menuntut ilmu. Dengan kakinya yang tangguh ia berjalan menuju sekolah. Setelah pulang dari sekolahnya ia kembali menjadi sosok kakak yang tangguh. Setiap seminggu sekali anak panti yang seumuran Novita diberi uang saku 15 ribu, sedangkan anak SD dan TK sebesar dua ribu sehari. Bagi kebanyakan orang, itu merupakan hal yang tidak mungkin, tetapi bagi Novita dan temannya uang itu lebih dari cukup. Hebatnya, dengan uang 15 ribu ia masih dapat menyisihkan uangnya untuk ditabung. Semua kehidupannya terstruktur, bahkan hari libur pun digunakan untuk bersih-bersih. Tertawa lepas sungguh hal yang ia dan anak panti lain inginkan.

            Novita sempat berkecil hati, apakah ia bisa melanjutkan sekolahnya sampai perguruan tinggi atau tidak. Ia mengatakan bahwa dirinya ingin merajut asa dengan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi agar suatu saat ia bisa menjadi orang yang sukses serta dapat menolong adik-adik panti yang saat ini masih kecil. Novita seringkali tidak bersemangat ketika di sekolah, dikarenakan ia sering diejek temannya. Bisa dikatakan gadis panti ini cukup cerdas, rajin beribadah dan mengaji. Dia menyukai pelajaran bahasa Arab, bahkan Novita sudah hafal Al-Quran 5 juz sejak kelas 5 SD. Namun, karena tuntutan dari bapak panti untuk bersekolah, akhirnya novita melepaskan mimpinya untuk menjadi seorang hafidzoh. Padahal, cita-citanya menjadi seorang hafidzoh begitu kuat. Novita tidak suka pelajaran di sekolah, ia hanya ingin beradu dengan kitab suci saja. Ia ingin melanjutkan studinya khusus di sekolah islam agar ia dapat menjadi hafidzoh dan pandai berbahasa Arab. Ia selalu tersenyum meski kawan sekolah sering mengejeknya. Ia yakin bahwa kekurangannya itu adalah ladang baginya untuk menggapai cita-cita. Ia tidak merasa dilahirkan sebagai anak yatim piatu, karena itu adalah anugerah Allah yang tidak setiap anak bisa menerima nestapa tersebut. Bahwasannya ia yakin, Allah tidak memandang manusia dari segi materi tetapi dari kedekatan hamba dengan sang khaliqnya. Barangsiapa berjuang di jalan Allah niscaya Allah akan memperjuangkannya. (MG)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama