sumber: www.pinterest.com


Kepedulian terhadap sesama merupakan suatu sifat manusia yang sudah tertanam sejak dahulu. Manusia akan tergerak hatinya ketika melihat seseorang dalam kesulitan atau ditimpa musibah. Dilansir dari pauddikmaskaltim.kemdikbud.go.id, perasaan empati manusia dapat dirasakan sejak usia 8 sampai 10 bulan. Bentuk empati yang sederhana ketika anak melihat seseorang menangis maka mereka akan mendekati orang tersebut kemudian memeluknya.

Kata empati sering kali digunakan sebagai sarana pengekspresian jangkauan pengalaman yang luas. Para ahli mendefinisikan empati sebagai suatu kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain, serta kemampuan untuk membayangkan apa yang mungkin dipikirkan oleh orang lain. Empati dapat kita gambarkan sebagai “berada di dalam sepatu orang lain” atau “melihat dari mata orang lain”. Kata empati sebenarnya berasal dari bahasa Inggris. E. B. Titchener merupakan sosok yang pertama kali memperkenalkan dan mencetuskan empati pada tahun 1909, yang merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Jerman “Einfuhlung” yang secara harfiah dapat diartikan “memasuki perasaan orang lain”.

Masyarakat Indonesia dikenal sangat ramah dan dermawan. Jiwa gotong-royong dan peduli terhadap sesama masih melekat kuat dalam jiwa mereka. Oleh karena itu, sudah menjadi pemandangan yang lumrah melihat kegiatan berbagi bersama di lingkungan sekitar.

Kita bisa melihat contoh nyata dari empati di kehidupan sehari-hari. Bahkan hal-hal kecil yang sering kali kita tidak sadari merupakan sebuah empati yang mana memiliki dampak yang besar terhadap diri kita dan orang lain. Hal-hal tersebut seperti membantu membawakan belanjaan ibu dari pasar, membantu menyeberangkan wanita tua di jalan, bersedekah kepada orang yang membutuhkan, membelikan makanan untuk anak yatim maupun gelandangan, dan masih banyak lagi.

Namun apa jadinya bila rasa empati ini digunakan oleh orang-orang dengan tujuan yang lain. Seperti mereka yang membantu orang lain dengan tujuan agar dilihat. Mereka yang memberikan bantuan bukan untuk tujuan mulia tetapi hanya untuk ajang promosi. Di saat masyarakat sedang kesusahan dan ditimpa musibah, orang ini melihat hal tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah kesempatan hanya untuk ajang pamer.

Seperti istilah yang tengah marak di kalangan netizen Indonesia, yaitu “Tangan Kanan Berbagi, Tangan Kiri Merekam”. Ungkapan tersebut memiliki sebuah arti bahwa saat seseorang sedang melakukan kebaikan seperti berbagi atau membantu seseorang hal itu akan ia rekam dan ia unggah di media sosial.

Baru-baru ini sedang viral baliho yang berasal dari sebuah partai politik bergambar wajah salah seorang anggota DPR RI, yaitu Puan Maharani. Baliho yang terpampang di sejumlah titik di sepanjang jalan Kecamatan Pasirian dan Candirupo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, atau lokasi terdampak bencana alam akibat erupsi Gunung Semeru. Nampak pada baliho tersebut wajah Puan Maharani sedang tersenyum dengan bertuliskan “Tangismu, Tangisku, Ceriamu, Ceriaku Saatnya Bangkit Menatap Masa Depan”. Sontak hal ini mendapat perhatian dari warganet dan masyarakat di sana yang menganggap hal ini sangatlah tidak etis, karena menggunakan musibah dan kesedihan sebagai ajang promosi seseorang.

Kejadian lain di tempat yang sama, yaitu lokasi pengungsian bencana alam erupsi Gunung Semeru di Lumajang digunakan sebagai tempat lokasi syuting salah satu sinetron di salah satu stasiun televisi. Produser sinetron tersebut beralasan bahwa lokasi bencana alam ini digunakan karena sesuai dengan jalan cerita sinetron tersebut yang menceritakan tentang seorang relawan kemanusiaan. Sontak hal ini mendapatkan kecaman dari berbagai komunitas serta masyarakat Lumajang. Belum lagi dengan orang-orang yang sengaja datang ke lokasi bencana alam hanya untuk berswafoto tanpa memedulikan kesedihan warga Lumajang yang terkena dampak erupsi Gunung Semeru.

Konten YouTube berbagi juga tak lepas dari kritikan warganet tentang pendapatan yang mereka dapat dari video tersebut. Misalnya ketika seorang konten kreator membuat video berbagi makanan, berbagi sembako atau membantu orang yang kesusahan. Mereka memang mengeluarkan uang yang banyak, tetapi tak dapat terlepas bahwa dari video itu mereka mendapatkan adsense yang lebih besar dari pengeluaran untuk video tersebut.

Sebenarnya tidak ada larangan secara mutlak mengenai menampakkan sedekah dan berbagi kebaikan. Sedekah dan perbuatan yang baik ditampilkan dan diharapkan akan mendorong dan memotivasi orang lain yang melihatnya agar ikut berpartisipasi. Tidak hanya perbuatan buruk yang dapat menular, tetapi perbuatan baik juga bisa ditularkan. Semua itu nantinya akan kembali kepada diri kita masing-masing. Setiap perbuatan yang kita lakukan tergantung pada niat awal kita. Jika memang niat awal kita untuk berbagi dan menyebarkan kebaikan, maka semoga kebaikan kita akan dibalas dengan lebih baik. Namun, apabila tujuan awal hanya untuk pamer atau ajang promosi, maka hal itu juga akan kembali pada diri kita sendiri.

Kita tak bisa melihat apa yang ada di dalam hati setiap manusia, dari tujuan, maksud dan niat sebenarnya. Kita hanya bisa melihat kegiatan itu secara umum, apakah itu baik ataukah itu buruk. Kita hanya dapat mengapresiasi perbuatan baik seseorang dalam membantu orang lain. Semua itu kembali kepada diri sendiri apakah kita bisa menerimanya sebagai perbuatan yang baik dan dapat menjadi contoh ajakan berbuat kebaikan atau sebaliknya.


Penulis: Raihan Rasyiid (MG1396) & Afidatul Ihwani (MG1363)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama