Foto : Pinterest


Magelang merupakan daerah dengan sejuta keindahan di dalamnya. Magelang terkenal akan wisata alam dan budaya. Beberapa tempat yang terkenal di Magelang antara lain Candi Borobudur, Taman Kyai Langgeng, Nepal Van Java dan Bukit Rhema atau sering dikenal dengan Gereja Ayam.

Gereja Ayam adalah julukan umum untuk sebuah bangunan yang memiliki bentuk tak biasa di daerah perbukitan Menoreh, Desa Gombong Kembanglimus, Magelang, Jawa Tengah. Julukan Gereja Ayam tercipta karena para wisatawan salah mengartikan bentuk dari struktur bangunan Gereja Ayam tersebut yang sebenarnya bukanlah ayam melainkan burung merpati. Sama halnya dengan kekeliruan tentang julukannya, fungsi dari bangunan ini bukan hanya gereja. Bangunan ini merupakan tempat peribadatan berbagai agama, mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha hingga Konghucu.

Sejarah tentang berdirinya Rumah Doa Bukit Rhema ini berawal dari mimpi seseorang bernama Daniel Alamsjah. Ia bercerita mendapatkan sebuah visi pada tahun 1988 untuk mendirikan sebuah rumah doa bagi segala umat beragama melalui mimpinya. Singkat cerita, Daniel Alamsjah bertemu dengan seorang anak tunarungu bernama Jito yang sering mencari rerumputan di atas bukit. Ia mengikuti Jito dan takjub dengan pemandangan bukit yang sama seperti dalam mimpinya. Kemudian ia berdoa semalaman di tempat Bukit Rhema berdiri sekarang dan mendapatkan rhema yang berarti pencerahan dari tuhan untuk membangun sebuah rumah doa.

Daniel memulai pembangunan rumah doa ini tahun 1992, tetapi dalam pembangunanya sempat terhenti pada zaman orde baru. Kala itu Indonesia sedang mengalami krisis moneter yang berdampak juga dengan penghasilan Daniel dan mengakibatkan bangunan tersebut terbengkalai hampir 12 tahun. Pada tahun 2010, Rumah Doa Bukit Rhema mulai dibangun kembali. Walaupun tahap pembangunannya baru mencapai 70%, Bukit Rhema sudah dikunjungi oleh banyak wisatawan domestik maupun mancanegara.

Bangunan Rumah Doa Bukit Rhema terdiri dari 7 lantai dengan masing-masing lantai menggambarkan sebuah filosofi tentang perjalanan kehidupan manusia. Dimulai dari lantai pertama yaitu menggambarkan kelahiran manusia, berawal dari bayi yang suci tanpa dosa hingga tumbuh dan belajar menjadi seorang anak.

Pada lantai kedua terdapat partisi atau dinding pemisah yang terletak di bagian kanan dan kiri lantai. Pada bagian kanan partisi diletakkan ilustrasi juga foto-foto yang bernuansa positif sedangkan bagian kiri partisi diisi dengan foto atau ilustrasi yang memperlihatkan hal-hal negatif. Filosofi pada lantai kedua yaitu perkembangan manusia menjadi dewasa. Kondisi dimana seorang manusia melakukan hal yang baik dan buruk, merasakan bahagia dan sedih, dan mengetahui mana yang berdosa dan tidak.

Kemudian pada lantai ketiga berfokus pada hal serta dampak negatif tentang penggunaan narkotika. Dalam ruangan ini terlihat lukisan-lukisan yang menggambarkan tentang efek serta akibat buruk juga penderitaan dari pengguna narkoba.

Selanjutnya lantai keempat menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Di setiap sudut dinding terpampang mural serta lukisan yang menunjukkan bangsa kita yang plural akan suku, agama, dan ras. Lukisan tersebut merupakan hasil karya dari para seniman di sekitar Borobudur dan orang-orang yang direhabilitasi di Rumah Doa Bukit Rhema.

Pada lantai kelima, terpampang tulisan kalimat mutiara, doa yang baik, dan berbagai motivasi kehidupan yang dipasang di sudut-sudut dinding. Tulisan-tulisan tersebut dapat diganti dan dibongkar pasang kembali.

Di lantai keenam, tepatnya di paruh burung merpati, menggambarkan sebuah pengharapan hidup yang baru dan lebih baik. Penggambaran ini berasal dari posisi paruh burung merpati yang menghadap ke arah timur yang berarti sebuah harapan. Lantai teratas yaitu lantai ketujuh, merupakan mahkota burung merpati itu sendiri, menggambarkan wujud dari rasa syukur atas keindahan, kebahagiaan, dan karunia lainnya.

Selain filosofi dari ketujuh lantai tersebut, Bukit Rhema merupakan destinasi wisata yang sangat cocok didatangi bersama keluarga untuk lebih mengenal keberagaman terutama agama dan kepercayaan di Indonesia. Di dalam bangunan ini terdapat 12 ruang tempat doa pribadi serta panti rehabilitasi narkoba dan mental yang tak jauh dari Bukit Rhema. Panti Rehabilitasi tersebut diberi nama Panti Rehab Betesda.

Selain terkenal akan wisata religiusnya, Bukit Rhema juga terkenal akan wisata alamnya. Lokasi dibangunnya Rumah Doa Bukit Rhema menjadi salah satu lokasi private sunrise terbaik serta terindah di Magelang selain Punthuk Setumbu. Bukit Rhema juga pernah dijadikan sebagai lokasi syuting film AADC 2 yang diperankan oleh Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo.

Selain dapat menikmati wisata alam serta religi yang kental, kita juga bisa menikmati kuliner tradisional yang membuat kita bernostalgia. Di belakang bangunan ini, tepatnya di bagian ekor, kita akan menemukan sebuah kafe yang menyajikan berbagai makanan. Di kafe ini kita dapat menukar kupon yang kita dapat saat membeli tiket. Kupon tersebut dapat ditukarkan menjadi singkong goreng beserta sambal secara gratis. Selain untuk menarik minat pengunjung, adanya kuliner singkong goreng ini juga menjadi upaya Daniel memberdayakan dan menunjang para petani singkong lokal yang ada di sekitar Borobudur.

Harga tiket masuk ke wisata Bukit Rhema sangat terjangkau, hanya dengan Rp. 25.000,00 kita dapat menikmati nuansa alam dan religi di Bukit Rhema. Kita juga bisa menaiki jeep dari parkiran bawah sampai ke atas bukit dan sebaliknya dengan biaya Rp. 15.000,00.

Dengan semua pesona yang dimiliki Bukit Rhema atau Gereja Ayam, tentu saja tempat ini wajib dikunjungi saat berkunjung ke Magelang. Apakah tertarik untuk datang? (RR/AI)

 

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama