Ilustrasi : jurisarrozy.wordpress.com
Di era sekarang, open minded sudah tidak asing lagi
didengar. Bahkan sudah banyak diperbincangkan, terutama di media massa. Namun,
tak sedikit pula yang belum memahami makna sebenarnya dari open minded ini. Seperti halnya anak muda yang mengaku-ngaku bahwa
dirinya open minded namun sebenarnya
berpikiran terbuka tidaklah harus diumbar-umbar. Semakin banyak orang yang mengaku bahwa dirinya open minded, sehingga banyak yang
‘menyalahartikan’ makna dari open minded
itu sendiri.
Open
minded atau berpikir
terbuka adalah sikap terbuka terhadap berbagai pendapat, informasi, ide dan
melihat suatu hal dari berbagai sisi, bukan hanya dari satu sisi saja. Pada
dasarnya memiliki sifat open minded itu
penting bagi kehidupan kita. Sehingga kita hidup tidak seperti kuda yang kaku
dan hanya menatap lurus tanpa melihat kanan dan kirinya. Memiliki sifat open minded dengan itu kita bisa mengetahui
berbagai hal dari segala sisi. Namun akhir-akhir ini open minded seolah menjadi bergeser maknanya atau kehilangan makna
yang sebenarnya. Entah karena pengaruh globalisasi dan liberalisme atau pola
pikir manusia modern yang semakin kompleks, orang-orang menyikapi open minded menjadi keblabasan. Open minded yang seharusnya menjadi filter untuk dapat menentukan mana yang
baik dan mana yang buruk kini malah seperti sebuah ‘dalih’ untuk membenarkan
sesuatu yang salah.
Kebanyakan orang salah
kaprah menganggap bahwa open minded
adalah pemikiran yang selalu menerima hal-hal baru di dunia ini tanpa di fiter membenarkan yang salah, namun
sebenarnya makna open minded yaitu
berpikir terbuka. Berpikir terbuka disini janganlah diartikan bahwa semua yang
salah dan bertentangan dengan norma masyarakat adalah benar, namun open minded disini yaitu tidak
membenarkan dan juga tidak menyalahkan. Misalnya ketika seseorang berpakian
terbuka, jika kita memiliki sifat open
minded maka hal yang kita lakukan yaitu menghargai cara berpakaian orang
tersebut namun kita juga jangan langsung ikut berpenampilan terbuka. Dalam
kasus seperti ini sikap kita jika kita open
minded maka kita tidak membenarkan dan juga tidak menyalahkan orang yang
berpenampilan terbuka.
Seperti pada poster di
atas yang merupakan sebuah sarkasme dari fenomena yang terjadi saat ini. Salah
satu yang tertulis di poster tersebut adalah jika kita open minded kita harus pro LGBT dan menentang agama. Katanya, yang
menentang LGBT, dianggap berpikiran sempit, primitif dan sebagainya. Hal ini meresahkan
sebenarnya, apalagi untuk orang-orang yang ‘the
real kaum open minded’ mereka
yang mau menerima perbedaan dengan tidak menyudutkan malah diserang oleh kaum
aliran terbaru open minded. Padahal
kita hidup di negara yang memiliki norma dan aturan di dalamnya. Kita tetap
bisa menjadi kaum open minded dengan
tidak menghilangkan nilai-nilai ketimuran dan tidak harus mendukung LGBT ataupun
menentang agama. Cukup dengan memahami dan tidak melakukan diskriminasi, sehingga
tidak membenarkan sesuatu yang salah.
Banyak orang yang menganggap bahwa dirinya
itu open minded. Hal itu dikarena
makna dari open minded yang
orang-orang pikirkan dengan kenyataannya itu berbeda sehingga kaum yang belum
paham akan makna dari open minded sering
salah paham terhadap orang-orang yang the
real kaum open minded. Hal
tersebut perlu diluruskan supaya negeri ini dipenuhi dengan kaum yang the real open minded tidak hanya di
mulut open minded namun kenyataan
tidak open minded.
Penulis : Amalia
Rizqi Fadilah (MG1301) dan Fibri Fajariyanti (MG1319)